Beberapa minggu yang lalu, sekitar akhir september, aku dan
teman-teman mengikuti pelatihan pembuatan video dokumenter yang diadakan Ecoton
di kantornya, Wiringanom Gresik. Memang hanya 2 hari disana, namun banyak hal
yang kami dapatkan selain mengenai bagaimana cara pembuatan video mulai dari
penulisan skenario hingga editing menggunakan program Pinnacle Studio 15.
Kami diajak
melihat tempat-tempat pembuangan limbah di sungai, antara lain limbah kertas.
Kami juga diajak menemui nelayan yang selama beberapa hari ini menyusuri sungai
untuk mencari ikan. Ecoton memang LSM yang kegiatannya fokus pada pelestarian
sungai Brantas.
Limbah pabrik kertas
Setelah menemui
nelayan pada malam hari kami melewati limbah pembuangan pabrik kertas dimana
perusahaan tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai perusahan biru
atau sudah melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan dan atau peraturan perundang-undangan. Tetapi pada saat itu
limbah yang dibuang ke sungai amat parah dan berwarna putih pekat. Kami
mengikuti Mas Prigi, pendiri ecoton, untuk protes ke perusahaan itu. Kami
menunggu dan duduk di depan perusahaan tersebut hingga tengah malam karena
manager IPAL perusahaan tersebut tidak menghiraukan protes kami. Kami
juga mengirim SMS dan menelepon radio Suara Surabaya hingga menyebabkan bapak
polisi datang ke tempat kami. Aku tidak tahu kelanjutannya karena setelah itu
pelatihan dilanjutkan minggu depannya tetapi aku tidak datang.
Protes ke pabrik kertas
Siang hari yang
terik aku dan teman-teman sempat ngobrol dengan warga di sekitaran sungai di
Mojokerto. Bapak tersebut pensiunan pegawai negeri yang dulu suka memancing
ikan sebagai penghasilan tambahan. Bapak tersebut mengeluhkan bahwa sungai
sekarang tak seramah dulu. Dulu tiap harinya bisa mendapat banyak ikan untuk
dijual. Tapi sekarang mencari ikan susah, sungai juga sudah menjadi tempat
sampah. Ditambah lagi berdirinya perusahaan tepung menyebabkan limbah di sungai
dan juga susahnya pasokan air tanah untuk warga.
Saat ini di
Ecoton sendiri hanya terdapat sedikit orang yang usianya sudah 25 tahun ke
atas. Beberapa kali Pak Prigi menawari sikluser untuk melanjutkan kegiatannya,
kegiatan yang riil terjadi di Surabaya. Ecoton memang membutuhkan
generasi-generasi muda yang bisa melanjutkan perjuangannya. Semoga Ecoton
menemukan generasi mudanya atau semoga banyak generasi muda yang berjiwa
pahlawan dan pemberani seperti Ecoton. Dan juga semoga adik-adikku, adik-adik
kami, para sikluser menemukan jati dirinya dan menemukan hal-hal yang riil yang
bisa mereka lakukan untuk tanah air ini khususnya Surabaya.
Memang keluar dari rutinitas itu menyenangkan dan seringkali mendatangkan manfaaat dan wawasan baru. Happy to live your life guys....
No comments:
Post a Comment