Friday, December 6, 2013

Poligami, Yes or No?

Saya punya teman sekamar, anaknya kepolisian banget, eh salah ketik, maksudnya kepo banget. Kepolisian sama kepo emang beda tipis. Kalo kepolisian suka banyak nanya kepada para terdakwa dan saksi mata, kalo si kepo dikit-dikit nanya sama semua orang terutama teman sekamarnya. “Mbak udah makan?”, “tadi makan apa?”, “liburan ngapain aja?”, etc sampe-sampe saya gak bisa bedain dia ini emang termasuk golongan orang-orang yang selalu ingin tau alias kepo atau memang orang yang sangat perhatian dengan teman sekamarnya. Oke saya bercanda. Singkat cerita, tadi malam entah darimana asal pembicaraan kita, tiba-tiba teman saya itu bertanya dengan gaya keponya. “Mbak sampean mau kalo nanti dipoligami?”. Hadeeeehhh pertanyaan macam apa ini? Nikah aja belum sudah ditanya beginian –”.

Karena saya tergolong less memory yang susah untuk mengingat sesuatu dan susah berpikir cepat jadi saya jawab sekenanya aja. “Tergantung bagaimana suamiku nanti” jawabku singkat. Eh dasar kepo masih saja ingin tahu “Berarti nanti sampean ada kemungkinan dipoligami dong?” cercahnya. “Tau ah males mikir” dan begitulah akhirnya pengakuan konyolku. Btw anyway saya pikir lagi daripada menanyakan ini padaku apa tidak lebih baik menanyakan pada dirinya sendiri? Karena saya tidak tergolong manusia kepo maka saya tidak nanya balik. Saya rasa hampir semua perempuan akan memiliki pemikiran yang sama soal ini. Apa dia pikir saya ini perempuan yang berbeda? Hmmm, kalau memang berbeda, “berbeda” dengan “tidak normal” itu sejenis? O ya satu lagi, kalau kepo itu artinya selalu ingin tahu berarti anak kecil itu juga kepo ya? *abaikan ini.

Saya sebenarnya telah melupakan pertanyaan temanku itu. Tapi tiba-tiba pagi tadi saya teringat lagi dan mulai bertanya pada diri sendiri. Saya jadi ingat jawaban Ustadz Maulana dalam acaranya di stasiun televisi ketika ada ibu-ibu bertanya. Saya agak lupa detail jawaban beliau yang disertai aksi banyolnya. Intinya Ustadz Maulana tidak mendukung praktek poligami pada zaman ini. Karena penasaran saya browsing-browsing sambil mengingat-ingat. Ya si Less memory sedang berusaha mengingat. Saya perhatikan memang banyak kaum lelaki yang membenarkan diri untuk berpoligami atas dasar bahwa poligami adalah sunnah rasul. Lalu apa laki-laki itu yakin bisa menjalankan sunnah rasul itu dengan benar? Maksud saya apa para laki-laki itu yakin hatinya dan perbuatannya sudah semulia rasul yang bahkan telah dijamin masuk surga? Hmmm atau bolehkah saya malah bertanya apakah poligami benar-benar sunnah rasul?

Saya juga punya teman dari jenis kelamin lali-laki (yang sepertinya dia terobsesi dengan poligami) hahahhaa, hussss dilarang berprasangka buruk. Oke bercanda. Jadi gini ceritanya, dia memang orang yang suka bicara, sepertinya terinspirasi oleh para motivator, hihihi. Dia bilang kalo seorang lelaki berpoligami atau menikah lagi itu karena istrinya kurang bisa menjaganya atau tidak menjadi istri yang baik. Belakangan saya berpikir, kenapa hanya pihak perempuan saja yang disalahkan? Bisa jadi si istri tidak menjadi istri atau ibu yang baik dikarenakan si suami sendiri yang kurang bisa memimpin. Maafkanlah aku dengan kebodohanku yang tak bisa membimbing dirimu. Lalala *malah nyanyi.

Duh sepertinya mulai ngelantur kemana-mana. Oke kembali ke laptop eh ke topik utama, tapi sebelumnya ingatlah jangan saling menyalahkan wahai anak muda, alangkah baiknya bila saling mengingatkan daripada menyalahkan. Ingat hukum di Indonesia menganut asas praduga tak bersalah, jadi kumpulkan bukti-bukti yang valid terlebih dahulu sebelum mencebloskan ke penjara *gagal nyambung –”.

Kembali soal poligami, mungkin semua umat muslim sudah mengetahui kisah nabi Muhammad dan istri-istrinya. Semasa muda Nabi setia dengan istrinya Siti Khadijah dan tidak pernah mendua padahal saat itu poligami begitu mentradisi dan menjadi kebanggaan di Arab. Baru setelah Siti Khadijah meninggal dan Nabi telah berumur sekitar 55 tahun beliau memutusukan untuk menikah lagi. Ada yang bilang istri Nabi Muhammad ada 9 ada juga yang bilang 11. Diantara istri nabi hanya satu yang masih gadis yaitu Aisyah. Sedangkan istri lainnya adalah janda baik merdeka maupun budak yang dimerdekakan. Alasan nabi menikah tidak lain adalah karena tujuan sosial dan politik.

Adapun QS An-Nisa, 4: 2-3 adalah untuk membatasi poligami dan bukan malah untuk menganjurkan poligami. Praktek poligami telah ada jauh sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW yang membawa Islam. Seperti yang dikutip oleh Baiddan dalam Tafsir bi Al-Ra’yi yang mengatakan bahwa poligami itu sudah ada dikalangan bangsa-bangsa yang hidup pada zaman purba. Pada bangsa Yunani, Cina, India, Babilonia, Asyria, Mesir dan lain-lain. Poligami dikalangan mereka tak terbatas hingga mencapai 130 istri bagi seorang suami, bahkan seorang raja cina ada yang mempunyai istri sebanyak 30.000 orang. Bahkan di Athena, negeri yang dianggap paling beradab dan tinggi kebudayaannya diantara semua zaman purbakala, harga wanita tidak lebih berharga dari hewan yang biasa dijual dipasar. Mereka diperjualbelikan kepada orang lain bahkan diwariskan. Martabat wanita pada saat itu sangat rendah (Afifi Hasbanulloh, Kompasiana). Jadi diturunkannya QS An-Nisa, 4: 2-3 adalah untuk memberi batasan jumlah istri yang boleh dinikahi ditambah lagi harus berlaku adil. Yang dianjurkan pun bukanlah menikah lagi dengan gadis belia atau pun janda kembang, melainkan dengan wanita lemah dan punya tanggungan.

Ada juga laki-laki yang berkelit bahwa poligami dianjurkan karena jumlah wanita di dunia ini jauh lebih banyak dibanding laki-laki. Darimana tahu hal itu? Sementara di kampusku jauh lebih banyak laki-lakinya, secara kampus teknik hehehe. Tapi ada juga yang membantah fakta itu (bahwa jumlah wanita lebih banyak). Berdasarkan sensus DKI dan Nasional tahun 2000, meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia di atas 65 tahun atau di bawah 20 tahun. Di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 45-49 tahun jumlah lelaki lebih tinggi. Sedangkan data statistik jumlah penduduk Indonesia dari sensus BPS tahun 2010 menyebutkan secara total di Indonesia perbandingan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada wanita, yaitu sebesar 50.17% sedangkan wanita 49.83%. Bahkan berdasarkan data statistik penduduk dunia tahun 2012 (midyear world population 2012) jumlah laki-laki adalah sebesar 3.532.503.174 orang atau sebesar 50.3%, sedangkan jumlah penduduk dunia wanita sebesar 3.485.040.790 atau sebesar 49.7% dari total penduduk 7.017.543.964. Dari data statistika tersebut diketahui bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak daripada jumlah wanita. Jadi jika masih ada laki-laki yang mau berpoligami demi menyelamatkan wanita agar semua wanita laku karena jumlah wanita lebih banyak, maka tertawalah hahahaha.

Saya rasa yang harus kita perhatikan bukanlah soal jumlah penduduk wanita atau laki-laki mengingat jumlah itu bisa berubah suatu saat dan juga mengingat salah satu tanda kiamat adalah banyaknya jumlah wanita daripada laki-laki. Yang harus kita perhatikan dan pahami baik-baik adalah alasan diturunkannya QS An-Nisa, 4: 2-3 beserta kandungan didalamnya serta maksud dan tujuan nabi Muhammad menikah dengan istrinya. Jadi bagi yang masih punya niat poligami, pikirkanlah terlebih dahulu apa maksud dan tujuan anda? Jika masih mengatasnamakan sunnah maka sanggupkah anda menikahi janda tua yang tidak punya apa-apa selain anak yatim atau budak yang baru dimerdekakan hanya untuk melindungi dan memuliakan martabat mereka? Ditambah satu pertanyaan lagi, sanggupkah anda berbuat adil kepada istri anda? Adil dalam hal memperlakukan, mencintai maupun menafkahi?

Jadi berdasarkan uraian saya di atas, kesimpulan saya adalah… jeng … jeng … jeng …. saya (dan kebanyakan wanita lain) tidak sedikitpun terbersit pikiran untuk dipoligami, dan pada saat suami tiba-tiba datang dan membuka pembicaraan bahwasanya dia akan menikah lagi alias menduakan kita para wanita, maka saya yakin sesabar dan sebaik apapun wanita itu, hatinya pasti akan merasa sangat sangaaaatttt sakit dan mungkin hubungan suami istri yang tadinya hangat akan berubah suhunya menjadi lebih panas atau lebih dingin. Yaaaa kecuali jika wanita itu adalah Aisyah dan laki-laki itu adalah Muhammad. Atau kecuali jika sang laki-laki memang benar-benar seorang hero yang memiliki hati emas sehingga ia bersedia menikahi janda lemah yang punya tanggungan dan sedang menjalani hidup di daerah konflik seperti Papua, Aceh, Ambon atau semacamnya (mengingat dulu zamannya Nabi Muhammad adalah zaman perang). Sementara sekarang ini sudah jarang bahkan tidak ada peperangan, tidak ada lagi wanita yang perlu dilindungi dari musuh-musuh perang atau budak yang perlu dilindungi. Apalagi sekarang sudah marak emansipasi, sering kita dengar wonder women, sudah banyak Lembaga Sosial yang membela hak-hak wanita, dll. Justru para istri lah yang memerlukan perlindungan kalian wahai para lelaki, bukan sakit hati karena pernyataan ingin berpoligami (dengan gadis yang lebih muda, cantik, dsb). Jadi bagaimana pendapat anda?

Tulisan ini adalah pendapat penulis berdasarkan pengamatan dan bacaan yang dibaca penulis. Penulis tidak mewajibkan semua pembaca untuk mempercayai penulis karena takutnya nanti dianggap musyrik. Percayalah hanya kepada Tuhan karena hanya Tuhan yang Maha Tahu dan hanya Tuhan yang Maha Benar. Ma’af tulisan ini tidak lucu karena saya tidak bermaksud melawak. Mohon ma’af jika ada kata yang salah atau menyinggung secara sengaja ataupun tidak sengaja. Kritik dan saran yang membangun diharapkan di kolom komentar demi terciptanya kemanusiaan yang adil dan beradab eh maksud saya tulisan yang lebih baik ke depannya. Akhir kata, semoga menginspirasi.

Selamat melanjutkan aktivitas malam sabtu #sambil memikirkan kembali niat anda untuk berpoligami #eh . . . .  :) :)