Thursday, October 16, 2014

Surat Sejoli Masa Depan


- Kau tahu? Hari pernikahan kita adalah hari yang paling membahagiakan untukku. Sekarang pun aku merasa bahagia. Semoga akan ada hari-hari bahagia selanjutnya. Hari ketika kita bersama adalah hari yang membahagiakan bagiku. Kuharap kau pun merasakan itu.
- Kebersamaan kita bukan berarti dunia milik kita berdua. Aku ingin kita menjaga selaturahmi dengan sanak saudara dan teman-teman.
- Aku ingin kita tidak sendiri menikmati bahagia kita. Aku ingin sering berbagi dengan orang-orang disekitar kita. Dengan bapak ibuku, dengan bapak ibumu, dengan adikku, dengan kakak adikmu, dengan sanak saudaraku, dengan sanak saudaramu, dengan teman-temanku, dengan teman-temanmu, dengan tetangga, dengan mereka yang membutuhkan.
- Aku ingin kebersamaan kita membawa datangnya keceriaan, keriangan, dan kelucuan dari makhluk kecil yang akan menambah ramai hari kita. Setiap hari kita akan melihatnya bertumbuh. Kita akan menuntunnya untuk berjalan, melangkah, bersama.
- Aku ingin anak-anak kita tumbuh dengan baik, menjadi anak yang santun tuturnya, baik akhlaknya, luhur budinya. Orang tua adalah madrasah pertama sekaligus suri tauladan bagi mereka. Sekolah dan lingkungan turut membentuk pribadi mereka. Makanan yang mereka makan menjadi daging yang mempengaruhi kebaikan dan kelembutan hatinya.
- Aku tahu kita sama-sama manusia yang bisa berbuat salah, untuk itu mari kita saling mengingatkan jika lalai dan selalu mendukung jika benar serta sama-sama kita belajar jika tidak mengerti.
- Aku ingin kesibukan ataupun jarak tidak menjadi alasan kita untuk saling menjauh dan saling tidak memahami. Aku ingin kita selalu menjaga kebersamaan ini.
                Aku ingin kau membimbingku dengan baik, agar aku bisa membimbing anak-anak kita dengan baik. Tanpa bimbinganmu, aku tidak tahu apa aku akan tetap melangkah dengan benar. Aku selalu percaya bahwa kamu lah yang terbaik yang diberikan Allah SWT untuk mendampingi hidupku. Aku pun ingin terus berusaha menjadi pendamping yang baik untukmu dan juga ibu yang baik untuk anak-anakmu. Aku ingin kamu selalu mengingat kita J
                Kalimat indah di atas adalah surat dari seorang wanita kepada seorang laki-laki yang telah menjadikannya istri. Betapa berbahagianya seorang wanita saat rumahnya kedatangan seosok laki-laki soleh yang dengan gagah berani meminangnya dihadapan kedua orang tua si wanita. Karena pada saat itu pula seorang laki-laki memproklamirkan dirinya sebagai laki-laki yang bertanggung jawab dan berani menerima resiko. Berani bertanggung jawab ketika lamarannya diterima dan berani berlapang dada ketika lamarannya ditolak. Berbeda dengan seorang laki-laki yang mendekati wanita hanya untuk memacari, karena laki-laki soleh tidak akan didapat dengan cara pacaran.
                Aku pernah memiliki pengalaman buruk yang teramat buruk. Sungguh aku malu dengan Fatimah yang selalu menjaga kesucian hatinya hingga Ali menikahinya. Aku malu karena pernah jatuh cinta tidak pada tempatnya. Dan aku malu karena pernah mencemburui Allah sebagai sosok yang lebih dicintai oleh laki-laki itu daripada aku. Aku sungguh berdosa. Astagfirullah...
                Aku pernah sekali pacaran. Aku kira pacaran itu indah, seperti di film-film. Hingga aku tersungkur, dan akhirnya aku sadar. Pacaran membuat hatiku semakin kotor, pacaran membuat kita hanya mengingat duniawi dan menghianati Tuhan. Bukankah semua agama melarang pacaran? Dulu aku selalu bertanya-tanya, kenapa agamaku melarang pacaran? Kini aku tahu sebabnya, karena agama memuliakan wanita, menjaga dan melindungi wanita. Bukankah hanya pernikahan yang dapat menghalalkan cinta? Maafkan aku Tuhan.
                Cinta yang merupakan fitrah manusia, islam mengaturnya agar cinta itu tetap suci. Bahkan dua sejoli yang sedang berta’aruf pun bukan berarti lantas mereka boleh saling mencintai. Mereka hanya diperkenankan saling mengenal sewajarnya untuk kemudian mengambil keputusan berlanjut ke jenjang pernikahan, atau harus diakhiri tanpa saling menyakiti. Aku pribadi meyakini, pernikahan yang baik hanya akan didapat dengan cara yang baik pula.
                Ah, seandainya wanita itu adalah aku dan laki-laki soleh itu adalah suamiku. Betapa berbahagianya aku. Masih pantaskah hamba yang berlumur dosa ini mengharapkan kebaikan? Engkau selalu meyakinkan dengan dalil-dalilmu, bahwa Engkau sungguh mencintai hamba-Mu yang bertaubat, bahwa laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik. Semestinya aku meyakini janji-Mu itu dengan cara bertaubat dan memperbaiki diri.
                Aku tak ingin banyak berjanji. Tapi aku sungguh ingin menjadi istri yang baik bagi seorang laki-laki soleh yang aku cintai. Bukankah islam itu sempurna? Islam telah mengatur semuanya, termasuk cara memilih dan mengusahakan pasangan hidup serta cara menjadi istri dan ibu yang baik.
                Akan sangat menyenangkan bisa berjalan berdampingan, saling menjaga keluarga untuk tetap melangkah di jalan-Nya. Akan sangat menentramkan menghabiskan sepanjang sisa hidup bersama seseorang yang semakin mendekatkan kita kepada Allah.
                Aku tak akan mengecewakanmu, laki-laki soleh yang menjadi pasangan hidupku. Aku mengharap ridhamu, karena dengan ridhamu aku akan memperoleh ridha-Nya.

                Jika engkau laki-laki soleh, tak kunjung datang, mampukah aku menjadi seorang Khadijah? Yang tegas kepada diri sendiri. Khadijah berani mengajukan diri untuk dilamar Rasulullah, laki-laki yang baik akhlaknya. Karena jodoh adalah cerminan diri, aku akan terus memperbaiki diri. 



1 comment: