Hal yang biasa dilakukan oleh para
pecinta alam. Namun ini pertamakalinya bagiku, juga bagi kami. Menyusuri pantai
mulai dari Pantai Bandealit-Jember hingga Pantai Sukamade-Banyuwangi. Butuh
waktu minimal tiga hari untuk menempuh perjalanan itu. Selama tiga hari itu
kami terus melangkah, menyusuri pantai, menapaki bukit di Taman Nasional Meru
Betiri.
Bandealit
Hari pertama, sebuah truk
mengantarkan kami melewati jalan makadam (berbatu) yang cukup mengocok perut
sampai mual. Kami menikmati guncangan truk dengan berpegangan tiang-tiang
penyangga ataupun sisi-sisi truk agar tidak terjatuh. Sungguh pemandangan di
depan mata adalah pohon-pohon yang masih rindang, kokoh, dengan ukuran begitu
besar pertanda umur pohon ini sudah tua. Sesekali Kami melihat sekelompok
Budeng (Trachypithecus auratus) dan Kera ekor
panjang (Macaca fascicularis) bergelantungan
di atas pohon.
Menyeberangi sungai
Kami terdiri dari 29 orang anggota
PLH Siklus ITS, sebuah organisasi pencinta lingkungan hidup di kampus ITS
Surabaya. Hari pertama tiba di Bandealit, kami belajar melakukan analisis
vegetasi, bird watching (pengamatan
burung), dan analisis sosial masyarakat.
Pantai Bandealit ombaknya bergulung-gulung sangat besar dan tinggi, ini karena
pantai-pantai di sepanjang Taman Nasional Meru Betiri termasuk wilayah pantai
selatan yang terkenal dengan ombaknya yang tinggi.
Kami bersiap untuk menuju pantai
selanjutnya, Pantai Meru Barat dan Pantai Meru Timur. Karena lokasi setiap
pantai dibatasi oleh tebing dan bukit, maka untuk dapat menginjakkan kaki di
pantai-pantai itu kami harus mendaki bukit terlebih dahulu. Perjalanan lumayan
melelahkan, ditambah lagi sebagian besar kami berjenis kelamin perempuan.
Meskipun ada juga perempuan jadi-jadian alias tomboy abis, hehe. Sebelumnya,
sempat ada ketakutan dalam diriku jika saat menembus bukit dan hutan nanti kami
akan menemui hewan buas. Hal ini mungkin saja terjadi karena di Taman Nasional
ini masih terdapat berbagai populasi fauna langka yang dlindungi.
Beberapa diantara kami sempat
ngedrop. Akibatnya, perjalanan pun berlangsung sangat lama. Hingga hari semakin
gelap, kami baru nyampai di Pantai Meru Barat. Daerah ini terlalu sempit untuk
mendirikan tenda sehingga kami menuju Pantai Meru Timur. Kami harus melewati
pantai yang jaraknya agak jauh. Kami agak panik, sebentar lagi waktunya pasang,
dan ombak semakin lama semakin mendekat. Beberapa kali kami terjatuh karena gulungan
ombak. Suasana tegang, kami terus mempercepat langkah kami dan mencari jalan
menjauhi air laut. Kami semua sangat khawatir dan terus berdo’a agar kami
diberi keselamatan sampai akhir perjalanan.
Pantai Meru Timur
Satu jam kemudian, akhirnya sampai
juga kami di Pantai Meru Timur. Sebagian langsung tertidur beralaskan pasir
pantai saking kelelahannya, sementara yang lain memasak dan memasang tenda. Udara
disini jauh dari yang aku bayangkan. Sama sekali tidak dingin. Malam itu aku
menghabiskan waktu dengan tidur di atas matras beratapkan langit yang sedang
menampakkan bulannya. Tenda-tenda yang kami bawa dan kami pasang nyaris kosong
karena banyak yang memilih untuk tidur di luar tenda.
Menyeberangi muara menuju bukit
Setelah puas beristirahat semalaman
kami segera melanjutkan perjalanan menuju Teluk Permisan. Kembali mendaki,
kembali melewati bukit yang curam atau menanjak. Ketika sore mulai datang,
Teluk Permisan Barat mulai terlihat, kami senang bukan kepayang. Tapi setelah
tahu bahwa kami harus mendaki melewati satu bukit lagi untuk sampai dan mendirikan
tenda di Teluk Permisan Timur, kami langsung lemas. Mau tak mau kami mendaki
lagi, menaiki bukit kemudian menuruninya, melewati sungai dan pantai, akhirnya
sampai juga kami bermalam disana. Beberapa diantara kami sempat terkena gigitan
tawon saat memegang pohon menuruni bukit.
Teluk Permisan
Hari terakhir kami melanjutkan
perjalanan menuju pantai terakhir, Pantai Sukamade. Kembali lagi mendaki bukit,
bukit yang cukup menanjak, dengan medan yang licin karena hujan. Berkali-kali
kami terpeleset namun bangun kembali dengan beberapa noda di pakaian. Selama
perjalanan, kami tidak menemukan satu ekor pun binatang buas atau binatang
langka. Namun kami berhasil menemukan jejak kaki yang diperkirakan adalah jejak
kaki Babi hutan.
Pantai Sukamade
Akhirnya sampai di Pantai Sukamade.
Pantai ini paling luas diantara pantai-pantai lain di Taman Nasional Meru
Betiri. Mungkin ini salah satu alasan para Penyu suka bertelur di pasirnya.
Konservasi penyu
Sewaktu istirahat di Pantai Sukamade
sambil menunggu jemputan truk, aku dan teman-teman sempat berjalan-jalan di kebun
sekitar, melihat merak, memanen buah cokelat dan buah kelapa dari pohonnya, dan
juga memanen pakis untuk di masak. Saat malam tiba, kami juga sempat melihat
penyu bertelur ditemani petugas TNMB. Menyenangkan.
Memanen (baca:buah kelapa
Aku
dan Aun juga sempat berkejar-kejaran dengan kucing milik anak kecil (aku
lupa namanya) yang tinggal di Sukamade. Bukan karena kami menikmati kegiatan
itu, tapi karena kami takut kucing. Hal ini menjadi hiburan bagi anak kecil itu
dan teman-teman kami. Anak kecil itu di dekat penangkaran penyu bersama ibunya.
Disana hanya ada dua rumah dan beberapa kamar mandi, sedangkan beberapa anak
kecil lain dapat ditemui di perkebunan yang lokasinya agak jauh. Untuk
penerangan sudah digunakan tata surya. Tidak ada anak kecil lain yang tinggal
disini, sehingga dia lebih sering bermain dengan kucing dan monyet-monyet di
Sukamade yang suka mengambil makanan pengunjung.